Mengunjunggi kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Timur kurang lengkap rasanya jika tidak melihat karya kain tenunan khasnya. Kain tenun bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah simbol khas bagi masing-masing daerah.
Menenun merupakan kemampuan yang diajarkan secara turun menurun demi menjaga agar tetap dilestarikan. Tiap suku mempunyai keunikan masing-masing dalam hal corak dan motif. Tiap inidividu diharapkan bangga mengenakan kain dari sukunya masing-masing sebab tiap kain yang ditenun itu unik dan tidak ada satu pun identik sama. Motif atau pola yang ada merupakan manifestasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan memiliki ikatan emosional yang cukup erat dengan masyarakat di tiap suku. Selain itu dengan bisa menenun menjadi indicator bai seorang wanita untuk siap dan pantas dinikahi, untuk pria yang menjadi indicator ialah mempunyai ladang dan bisa bercocok tanam.
Menenun, menenun dan terus menenun, sudah seperti ‘falsafah’ hidup bagi kaum perempuan di kampung Sikka. Tidak sedikit hasil tenunan dari karya tangan mereka yang dengan tekun mengikat benang, sabar merangkai motif, serta terampil dalam menenun. Sesungguhnya, ibu-ibu penenun ini, tidak hanya menenun selembar kain dengan nilai jual secara ekonomis, tetapi mereka juga merangkai dan menenun motif sejarah, budaya, nilai-nilai hidup, identitas kampung, pesan moral dan sosial, serta kekhasan mereka sebagai perempuan; kelembutan, kesabaran, rasa memiliki dan berbagi. Menenun “warisan” leluhur, agar generasi sekarang dan yang akan datang tidak lupa dengan warna budaya sendiri
Hari ini, Senin, 27 Februari 2017 saat berada di Kota Maumere, ibu kota kabupaten Sikka, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu penjual kain tenun yang berada di pasar tingkat maumere yaitu Kios Sekoleggo yang dikelola oleh bapak Matias Ratu Dedo.
Bapak Matias yang berusia 62 Tahun merupakan tamatan SMEP dan membuka usaha kain tenun ini pada tahun 1995 dengan bantuan awal dari UKM/Koperasi.
Bapak Matias Ratu Dedo, Pemilik Kios Sekoleggo
di pasar Tingkat Maumere Kabupaten Sikka
Dari diskusi singkat dengan bapak Matias, kain tenun di Kabupaten Sikka ada berbagai macam jenis, antara lain :
1. Nagalalang yang berasal dari Maumere
2. Ayam (motif) yang berasal dari Maumere
3. Motif burung/mawar yang berasal dari palue
4. Motif rusa yang berasal dari maumere dan bolla
Di Kios Sekoleggo ini beliau mendapatkan langsung kain tenun-kain tenun ini dari para penenun yang berada di kampung-kampung. Dapat pula dijumpai di kios ini kain tenun yang telah diolah menjadi rompi untuk anak-anak, selendang, baju tenunan dari kabupaten sikka dan juga tas-tas dari kain tenun.
Dompet dari kain tenun
Berbagai jenis kain tenun
Baju dan tas yang telah diolah dari kain tenun
Rompi dari kain tenun
Di kios ini harga yang diberikan terhadap setiap barang pun bervariasi dan terjangkau bagi setiap kalangan. Untuk rompi kecil untuk anak-anak bisa didapat dengan harga 80 ribu hingga 100 ribu, untuk harga ini juga tergantung motif dan ukurannya. Begitupula untuk baju tenun yang ukuran sedang dijual dengan kisaran harga 350 ribu hingga 750 ribu, selendang 50 ribu hingga 150 ribu, untuk harga semuanya bergantung kepada motif yang ada pada kain tenun itu sendiri dan ukuran besar kecilnya barang yang ada.
Dari hasil penuturan bapak matias, diketahui bahwa untuk tas dan dompet semuanya adalah bahan asli kain tenun sikka yang diolah menjadi tas dan dompet di bali.
Bagi yang berkunjung ke Kota Maumere, mungkin kios Sekoleggo di Pasar Tingkat Maumere ini bisa menjadi alternatif untuk dikunjungi guna mendapatkan bingkisan ole-ole khas dari Kabupaten Sikka dengan bahan kain tenun.
Bersama Bapak Matias Ratu Dedo, Pemilik Kios Sekoleggo
di Pasar Tingkat Maumere