Propaganda (dari bahasa Latin modern: propagare yang berarti
mengembangkan atau memekarkan) adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok
orang.
Propaganda tidak
menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi
memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau
melihatnya.
Propaganda kadang
menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan di mana umumnya isi
propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat
menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional
daripada reaksirasional. Tujuannya adalah untuk
mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam
kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.
Propaganda adalah sebuah
upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam
pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon
sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda.
Sebagai komunikasi satu
ke banyak orang (one-to-many), propaganda memisahkan komunikator dari
komunikannya. Namun menurut Ellul, komunikator dalam propaganda sebenarnya
merupakan wakil dari organisasi yang berusaha melakukan pengontrolan terhadap
masyarakat komunikannya. Sehingga dapat disimpulkan, komunikator dalam
propaganda adalah seorang yang ahli dalam teknik penguasaan atau kontrol
sosial. Dengan berbagai macam teknis, setiap penguasa negara atau yang
bercita-cita menjadi penguasa negara harus mempergunakan propaganda sebagai
suatu mekanisme alat kontrol sosial. (https://id.wikipedia.org/wiki/Propaganda)
Tidak bisa dipungkiri, media sosial telah
tumbuh menjadi alat baru untuk propaganda. Sebagai sebuah alat, propaganda
melalui media sosial diyakini mempunyai dampak yang dahsyat. Ini karena media
sosial (meminjam istilah Marshal McLuhan) tak lain the extension of man (kepanjangan
manusia).
Media sosial dan Propaganda memang terkait satu sama lainnya.
Media sosial menjadi unsur terpenting dalam kegiatan komunikasi propaganda
untuk menjalankan berbagai kepentingan tertentu. Kepentingan-kepentingan inilah
yang kemudian menjadi maslaah karena kerap kali disebarkan dengan tak
berimbang.
Kegiatan Propaganda yang dipakai pada media sosial dipakai dengan
menggunakan cara agenda setting dan berbagai tekniknya, biasanya dipakai dengan
cara-cara yang kotor seperti Black Propaganda pada pemilu misalnya.
Pada perhelatan tersebut Propaganda dipakai untuk meruntuhkan dan menjerumuskan
lawan politiknya.
Hampir sama dengan Propaganda di kancah politik, dalam melancarkan
peperangan pun kemudian Propaganda dipakai sebagai jalan untuk menciptakan
kerusuhan, dan rasa tidak percaya seorang pemimpin atau lembaga tertentu.
Sebagai contohnya yang lain, yakni ketika Amerika sedang mengadakan penyerangan
terhadap Irak sebagai usahanya untuk menciptakan kedamaian. Amerika menyuarakan
Propagandanya terhadap publik internasional dengan menuduh Saddam Husein (Presiden
Irak) sebagai seorang yang jahat, yang berusaha membuat bom pemusnah masal
berupa nuklir. Maka, Propaganda yang diusung Amerika ini ternyata berhasil
walaupun pada kenyataannya tuduhan bom tersebut tidak terbukti adanya.
No comments:
Post a Comment